Sunday, March 21, 2010

Motivasi

Dikutip dari wikipedia.org, motivasi adalah dorongan psikologis, yang mengarahkan seseorang ke arah suatu tujuan. Motivasi membuat keadaan dalam diri individu muncul, terarah, dan mempertahankan perilaku. Motivasi juga menjadi dorongan (driving force) bagi seseorang untuk mau melaksanakan sesuatu. Motivasi yang ada pada setiap orang tidaklah sama. Untuk itu diperlukan pengetahuan mengenai pengertian dan hakikat motivasi, serta kemampuan teknik menciptakan situasi sehingga menimbulkan dorongan bagi mereka untuk berbuat atau berperilaku sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh individu lainnya.

Motivasi pada dasarnya adalah kondisi mental yang mendorong dilakukannya suatu tindakan dan memberikan kekuatan yang mengarah kepada pencapaian kebutuhan, memberi kepuasan ataupun mengurangi ketidakseimbangan. Oleh karena itu tidak akan ada motivasi, jika tidak dirasakan rangsangan-rangsangan terhadap hal semacam diatas yang akan menumbuhkan motivasi.

Teori-teori motivasi

1. Hierarki Kebutuhan Maslow

Konsep paling terkenal dari Abraham Maslow (1987) adalah self-actualization, yang berarti bahwa kita menggunakan kemampuan kita sampai batas akhir potensi kita. Apabila kita dapat meyakinkan siswa bahwa mereka akan dan dapat memenuhi janji mereka, maka saat itu mereka sedang berada pada jalur menuju self actualization. Self actualization merupakan konsep pertumbuhan, siswa bergerak menuju tujuan setelah memenuhi kebutuhan dasarnya. Pertumbuhan menuju self actualization mensyaratkan kepuasan akan hierarki kebutuhan. Lima dasar kebutuhan dalam teori hierarki kebutuhan Maslow adalah :

   1. Kebutuhan fisiologis seperti lapar, tidur dan lain-lain. Sebagai contoh, siswa yang tidak sarapan sebelum kegiatan bealjar mengajar sulit untuk berkonsentrasi di kelas.
   2. Kebutuhan akan rasa aman yaitu bebas dari rasa takut dan kecemasan (T) tinggi.
   3. Kebutuhan akan rasa cinta dan kepemilikan, merujuk pada kebutuhan akan keluarga dan teman.
   4. Kebutuhan akan harga diri, mencakup reaksi orang lain terhadap diri kita sebagai individu dan pandanagn kita terhadap diri sendiri.
   5. Kebutuhan akan self actualization

2. Weiner and Attributions About Sucess or Failure.

Attributions theory didasarkan pada tiga asumsi dasar (Petri, 1991) yaitu :

   1. Ability (kemampuan) : Atribusi terhadap kesuksesan dan kegagalan memiliki implikasi penting dalam mengajar sejak asumsi siswa tentang kemampuan mereka berdasarkan pada pengalaman masa lalu. Ketika siswa memiliki sejarah kegagalan, mereka sering mengasumsikan bahwa mereka memang kurang mampu. Studii Schunk (1989) tentang hubungan antara self efficacy dan pembelajaran, melaporkan bahwa siswa yang memasuki ruangan kelas dengan kemampuan dan pengalaman yang mempengaruhi self-efficacy mereka terhadap initial learning. Ketika berhasil, sense siswa terhadap self-efficacy meningkat dan pada gilirannya akan meningkatkan motivasi.
   2. Effort (usaha) : Weiner (1990b) menemukan bahwa siswa biasanya tidak mengetahui tentang bagaimana sulitnya mereka berusaha untuk sukses. Siswa mengetahui usaha mereka dengan cara mencari tahu sebaik apa mereka dalam tugas partikular.
   3. Luck : Siswa yang memiliki kepercayaan yang rendah terhadap atribut kemampuan mereka, mereka akan menganggap kesuksesan sebagai hasil dari keberuntungan.
   4. Task Difficulty : Biasanya dinilai dariperforma yang lain pada tugas tersebut. Apabila banyak yang berhasil, maka tugas dirasa mudah dan sebaliknya.

3. Operant Conditioning oleh Skinner

Merujuk pada B. F. Skinner (1971), tingkah laku dibentuk dan dipelihara oleh konsekuensinya. Konsekuensi dari tingkah laku sebelumnya mempengaruhi siswa. Tidak ada komponen motivasi internal atau motivasi intrinsik secara mayor dalam proses tersebut. Apabila siswa mengumpulkan reinforcement untuk tingkah laku tertentu, mereka cenderung mengulangnya disertai kekuatan. Apabila tidak, siswa cenderung kehilangan minat dan performa mereka memburuk. Hal ini membuktikan bahwa positive reinforcement merupakan jawaban paling tepat. Siswa diberikan reward ketika memberikan respon yang tepat dan tidak dihukum ketika memberikan respon yang tidak tepat. Siswa tersebut akan merasa bebas dan senang ketika berada di dalam dan di luar situasi belajar mengajar karena mereka telah menciptakan pola tingkah laku yan menghasilkan kesuksesan, hubungan yang menyenangkan dengan orang lain, dan hasil yang pantas diterima.

Skinner menyatakan bahwa memberitahu siswa bahwa mereka tidak mengetahui sesuatu tidak memberikan motivasi sedikitpun kepada mereka. Sebaliknya, memberikan materi dalam jumlah kecil dengan segera memberikan positive reinforcement kepada mereka. Metode Reinforcement lebih tepat digunakan ketika siswanya mengalami kecemasan tinggi mengenai pembelajaran, motivasi rendah, atau memiliki sejarah kegagalan akademis.

Motivasi merupakan hal yang penting bagi setiap individu. Dengan adanya motivasi terlebih dari dir sendiri, akan memacu individu tersebut untuk mencapai apa yang dharapkannya, betapa pun kesulitan dann beban yang menghadang. Motivasi menjadikan individu lebih terarah dalam menjalani kehidupan mereka, dan dalam usaha pencapaian tujuan hidup mereka. Oleh sebab itu, individu harus terlebih dahulu menyadari hal-hal apa saja yang dapat memotivasi diri mereka dan kemudian menentukkan apa yang akan mereka raih kedepannya. Tidak hanya itu, motivasi juga dapat merubah kebiasaan atau bahkan kepribadian seseorang yang mana telah dapat memotivasi dirinya dengan sangat baik.

No comments:

Post a Comment