Sunday, February 27, 2011

Defacing

Defacing merupakan bagian kegiatan hacking yang konteksnya terjadi pada website/web application dengan tujuan untuk merubah tampilan halaman website, merubah struktur dari tampilan tanpa melalui source code yang sebenarnya dan tanpa diketahui oleh si pemilik website (administrator/developer-nya). 

Di Indonesia sendiri, kasus defacing website terbilang cukup banyak. Masih ingatkah anda saat Pemilu beberapa tahun yang lalu, Situs KPU dihack sehingga nama-nama partai berubah, defacing situs BP POM, defacing situs Mahkamah Agung, Defacing situs KPK dan masih banyak lagi. Banyaknya kasus defacing ini menandakan kurangnya perhatian dari developer atau administrator dari situs/website akan masalah keamanan situs yang mereka kelola, sehingga terkesan situs yang mereka kelola itu "asal-jadi" saja tanpa memikirkan soal keamanan dan hal lainnya.

Spam

Seringkah anda mengecek account email anda? Berapakah jumlah pesan yang masuk ke inbox anda yang berasal dari teman atau rekan bisnis anda? Berapakah email yang tidak anda kenali, atau berisi iklan-iklan, atau sesuatu yang tidak jelas?

Email yang tidak dikenali yang dimaksudkan diatas adalah Spam, yaitu penyalahgunaan sistem pesan elektronik (termasuk media penyiaran dan sistem pengiriman digital) untuk mengirim berita iklan dan keperluan lainnya secara massal. Umumnya, spam menampilkan berita secara bertubi-tubi tanpa diminta dan sering kali tidak dikehendaki oleh penerimanya.

Situs Phising Berbahasa Indonesia

Situs phishing, aksi tipuan yang mengincar data pribadi, makin giat merambah pengguna media sosial. Situs berbahasa Indonesia pun jadi perhatian. Demikian salah satu sorotan dalam laporan bulanan Symantec Messaging and Web Security dari perusahaan keamanan Symantec.

Konon, di antara situs phishing non-bahasa Inggris dalam media sosial, ada tiga bahasa yang paling populer. Ketiganya adalah Portugis, Italia, dan Spanyol. Namun, peneliti keamanan Symantec juga mengawasi beberapa situs bahasa non-Inggris lainnya. Ini mencakup Indonesia, Rusia, Albania, dan Turki.

Pelaku phishing pun rupanya kian getol mencari data-data pribadi pengguna layanan media sosial, seperti Twitter atau Facebook. Menurut laporan itu, phishing media sosial mencakup 4 persen dari keseluruhan aksi phishing di Oktober 2010. Ini menunjukkan peningkatan 80 persen dibandingkan September 2010.